Singapura Jadi Perantara Impor Israel ke Indonesia? Lonjakan 340 Persen di Tengah Konflik Palestina

Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (15/10/2020). (Foto: sindonews.com).

Impor Israel ke Indonesia
melonjak 340 persen di awal 2024, meski tanpa hubungan diplomatik. Benarkah
Singapura jadi perantaranya?

Banda Aceh – Lonjakan impor barang dari Israel ke Indonesia hingga 340 persen dalam periode
Januari – April 2024 memicu banyak tanda tanya. Padahal, Indonesia tidak memiliki
hubungan diplomatik dengan Israel. Fakta ini menimbulkan spekulasi, termasuk
dugaan bahwa Singapura berperan sebagai perantara dalam perdagangan ini. Lalu,
sejauh mana hubungan ini berlangsung?

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), impor barang dari
Israel ke Indonesia meningkat tajam hingga 340 persen pada awal 2024. Lonjakan
ini terjadi di tengah konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina. Tak heran apabila hal ini mendapatkan perhatian luas masyarakat internasional, termasuk Indonesia sebagai
negara yang mendukung perjuangan Palestina.

Meski tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel,
aktivitas perdagangan antar negara ini tetap mungkin terjadi, terutama melalui
pihak ketiga. Dalam konteks ini, pengamat dari Universitas Trisakti, Trubus
Rahadiansyah, menduga bahwa Singapura memainkan peran penting sebagai
penghubung. “Saya pikir yang mengatur itu Singapura. Singapura yang
bermain sebagai pihak jasa ketiga,” ujar Trubus, dikutip dari republika.co.id pada Minggu, 22 Desember 2024.

Pandangan senada juga disampaikan oleh ekonom Eko
Listiyanto. Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance
(Indef) ini menjelaskan bahwa perdagangan dilakukan secara tidak langsung
melalui Singapura karena absennya hubungan diplomatik Indonesia – Israel. “Kita tidak punya hubungan kerja sama dengan Israel, setahu
saya lewat pihak ketiga di Singapura,” katanya.

Israel, tambahnya, memahami bahwa Indonesia merupakan
negara yang mendukung Palestina. Oleh karena itu, perdagangan dilakukan melalui
pihak ketiga seperti Singapura. “Semua lewat pihak ketiga di Singapura, tapi
sebetulnya itu produk Israel, jadi yang ekspor-impornya secara tidak langsung
(ke Israel),” ujarnya.

Hubungan Dagang Singapura-Israel & Indonesia-Singapura

Perdagangan antara Singapura dan Israel sendiri menunjukkan
tren meningkat. Menurut Jewish News Syndicate, total nilai perdagangan kedua
negara mencapai 3,8 miliar dolar AS pada 2022, naik 67 persen dari tahun
sebelumnya. Produk utama yang diperdagangkan adalah permesinan, peralatan optis
dan medis, serta alat transportasi.

Dilansir dari data OEC World, Singapura mengimpor berlian,
alat pengukur, dan gas turbin dari Israel dengan nilai total 611 juta dolar AS
pada 2022.

Di sisi lain, hubungan dagang Indonesia dan Singapura juga
sangat erat, dengan total perdagangan mencapai 18,4 miliar dolar AS pada 2023.
Mayoritas produk impor dari Singapura ke Indonesia berupa minyak bumi olahan,
emas, dan alat-alat penyiaran.

Dugaan masuknya produk Israel ke Indonesia melalui Singapura pun semakin kuat. Direktur Jenderal Asia Pasifik dan
Afrika Kemlu RI, Abdul Kadir Jailani, menegaskan bahwa perdagangan ini
dilakukan secara tidak langsung meski dengan persentase yang sangat kecil.

“Perdagangan Indonesia dengan Israel pertama dilakukan
secara tidak langsung melalui negara pihak ketiga, dan nilainya itu sebetulnya
hanya 0,003 persen dari semua perdagangan Indonesia dengan negara-negara yang
lain,” jelasnya dalam acara Majelis Ulama Indonesia (MUI), pada Kamis, 18 Juli 2024 silam.

Dia menambahkan, meski data perdagangan tercatat, kontrol
penuh atas pembelian oleh pihak swasta tidak dilakukan pemerintah. “Ini
business to business antara importir di sini yang kita tidak tahu,” ucapnya. Saat ditanya mengenai langkah kontrol perdagangan di masa
depan, ia mengarahkan untuk ditanyakan kepada Kementerian
Perdagangan.

Meskipun tidak memiliki hubungan diplomatik, fakta bahwa
barang-barang Israel bisa masuk ke Indonesia melalui Singapura menunjukkan
kompleksitas perdagangan internasional. Di tengah lonjakan angka ini, berbagai
pihak mendesak pemerintah untuk lebih memperhatikan kebijakan impor agar tidak
melanggar prinsip politik luar negeri Indonesia yang tegas mendukung Palestina.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *