
Koranaceh.id | Banda Aceh — Di pendopo Gubernur Aceh yang berbalut suasana hangat dan bersahaja, semalam berlangsung sebuah pertemuan yang mungkin tampak sederhana, namun sarat makna.
Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pengolah ikan keumamah “Katsuobushi” bersilaturahmi dengan Ibu Gubernur Aceh, Marlina Usman, atau yang akrab disapa Kak Ana oleh masyarakat.
Dalam pertemuan itu, perbincangan mengalir penuh semangat tentang satu hal yang sangat Aceh: keumamah, olahan ikan tongkol kering yang sudah menjadi bagian dari identitas kuliner Tanah Rencong sejak lama. Bedanya, kali ini keumamah itu diolah dengan sentuhan modern — mengikuti standar katsuobushi Jepang, namun tetap berakar pada rasa dan tradisi Aceh.
Dari Dapur Tradisi ke Industri Kreatif
Perwakilan UMKM Keumamah Katsuobushi menjelaskan secara rinci kepada Kak Ana tentang proses produksi yang mereka jalankan: mulai dari perebusan, pengasapan, hingga proses slice — semuanya dilakukan tanpa bahan pengawet.
“Bahan baku kami melimpah dari Lampulo,” ujar salah satu pelaku UMKM itu, sambil menunjukkan contoh hasil olahan yang dikemas rapi.
Selain membicarakan teknis produksi, mereka juga menyampaikan harapan agar produk Keumamah Katsuobushi bisa menjadi salah satu oleh-oleh khas Aceh, baik bagi warga yang pulang kampung maupun bagi tamu yang berkunjung ke luar daerah.
“Keumamah ini bukan sekadar makanan, tapi cerminan kreativitas dan identitas Aceh,” tambahnya.
Kak Ana: UMKM adalah Kekuatan Aceh
Menanggapi penjelasan tersebut, Kak Ana terlihat antusias. Ia menyampaikan bahwa pemerintah Aceh berkomitmen untuk membina UMKM di seluruh daerah, karena sektor ini terbukti mampu membuka lapangan kerja dan menggerakkan ekonomi lokal.
“Tidak semua masyarakat punya peluang untuk bekerja di perusahaan besar. Tapi kalau UMKM diberdayakan, mereka bisa menjadi penggerak ekonomi keluarga dan desa,” ujar Kak Ana.
Ia juga menyampaikan keinginannya untuk melihat langsung proses produksi Keumamah Katsuobushi, baik di pabrik pengolahan di Lampulo maupun di tempat slice yang berada di pusat PT Suree Aceh Darussalam, depan Pasar Almahera, Banda Aceh.
“Kalau ada waktu luang, saya ingin turun langsung melihat bagaimana proses produksinya. Ini produk yang menarik dan punya potensi besar,” kata Kak Ana dengan senyum hangat.

Menembus Pasar Modern
Dalam diskusi yang berlangsung santai itu, Ibu Gubernur juga memberikan pesan penting bagi pelaku UMKM: memperkuat manajemen dan kemasan produk agar bisa menembus pasar modern.
“Produk Aceh itu sebenarnya banyak yang bagus, tapi sering terkendala di kemasan dan branding. Kalau itu diperbaiki, produk kita bisa bersaing di mana pun,” ujar Kak Ana.
Pesan itu disambut dengan antusias oleh para pelaku UMKM yang hadir. Mereka berjanji akan terus berbenah, memperbaiki kemasan, serta menjajaki peluang kerja sama untuk memperluas pasar.
Keumamah: Rasa yang Menghubungkan
Pertemuan malam itu berakhir dengan suasana penuh semangat dan keakraban. Di balik obrolan ringan tentang ikan tongkol dan proses pengasapan, terselip harapan besar: agar dari dapur kecil di Lampulo, lahir produk unggulan yang membawa nama Aceh ke pasar nasional, bahkan internasional.
Keumamah Katsuobushi bukan sekadar olahan ikan — ia adalah simbol dari semangat baru pelaku UMKM Aceh yang ingin berinovasi tanpa meninggalkan akar budaya.
Dan di tangan-tangan seperti mereka, serta dengan dukungan figur seperti Kak Ana, cita rasa khas Aceh mungkin sebentar lagi bisa dinikmati di lebih banyak meja — dari Banda Aceh hingga Tokyo.[]

















