
RINGKASAN
- BMKG memperingatkan potensi hujan lebat dan bencana hidrometeorologi saat puncak musim hujan November–Februari.
- Operasi Modifikasi Cuaca dilakukan di wilayah rawan banjir Jawa untuk mengurangi risiko hujan ekstrem.
KoranAceh.id | Jakarta — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat di seluruh wilayah Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi hujan sedang hingga lebat seiring dengan masuknya puncak musim hujan. Kondisi atmosfer yang aktif diperkirakan dapat memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut, curah hujan tinggi dalam beberapa hari terakhir telah terjadi di sejumlah wilayah, termasuk Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan sebagian Yogyakarta. “Kondisi atmosfer sangat labil dan kaya uap air akibat aktifnya monsun Asia serta suhu muka laut yang hangat. Hujan lebat hingga sangat lebat dengan curah hujan 80-150 mm per hari sudah terjadi di beberapa wilayah,” ujarnya di Jakarta, Sabtu (1/11/2025), dikutip dari keterangan resminya.
BMKG mencatat sekitar 43,8 persen wilayah Indonesia atau 306 zona musim telah memasuki musim hujan. Puncak musim hujan diperkirakan berlangsung bertahap mulai November 2025 hingga Februari 2026, dengan periode intens pada Desember 2025–Januari 2026. Selain itu, aktivitas siklon tropis di wilayah selatan Indonesia juga diperkirakan meningkat dan berpotensi memicu hujan ekstrem serta gelombang tinggi di pesisir Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Adapun, dalam sepekan ke depan, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat diprediksi terjadi di sejumlah wilayah seperti Aceh, Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Sementara hujan lebat hingga sangat lebat (kategori Siaga) berpotensi meluas ke Maluku Utara dan sebagian wilayah Sulawesi.
Sebagai langkah mitigasi, BMKG bersama BNPB dan instansi terkait melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di wilayah rawan banjir seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Operasi ini dilakukan untuk mengurangi intensitas hujan ekstrem dengan penyemaian garam ke awan sebelum mencapai wilayah padat penduduk. Hingga awal November, 70 sortie penerbangan telah dilakukan dari posko Jakarta, Semarang, dan Solo.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menyebut, hasil pemantauan menunjukkan adanya indikasi awal fenomena La Nina lemah dengan anomali suhu muka laut di Samudra Pasifik tengah dan timur mencapai -0,61. Namun, fenomena tersebut diperkirakan tidak berdampak signifikan terhadap peningkatan curah hujan di Indonesia. “La Nina lemah diprediksi tidak memberikan dampak yang signifikan pada curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia,” ujarnya.
Ia menambahkan, potensi hujan juga didukung oleh aktivitas fenomena atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), Gelombang Rossby dan Kelvin, serta suhu muka laut yang hangat di perairan Indonesia. Faktor-faktor ini memperkuat pembentukan awan hujan dan meningkatkan risiko cuaca ekstrem di beberapa daerah.
BMKG mengingatkan masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi banjir, banjir bandang, dan tanah longsor di wilayah rawan terdampak. Saat hujan disertai petir dan angin kencang, masyarakat diminta tidak berteduh di bawah pohon atau baliho, serta memantau informasi cuaca terkini melalui aplikasi InfoBMKG.
Kondisi atmosfer yang dinamis ini berpotensi terus berkembang dalam beberapa minggu ke depan seiring dengan meningkatnya aktivitas siklon tropis dan fase puncak musim hujan di wilayah Indonesia. []

















