Koranaceh.id | Kolom – Kunjungan Kepala Pentagon Pete Hegseth ke Hanoi menandai babak baru hubungan militer antara Amerika Serikat (AS) dan Vietnam. Di balik kunjungan tersebut, tersimpan dinamika geopolitik besar yang turut berpengaruh pada posisi Indonesia dan stabilitas kawasan ASEAN.
1. Vietnam Naik Kelas dalam Arsitektur Keamanan Indo-Pasifik
Vietnam kini menjadi mitra strategis baru AS dalam menghadapi ketegangan di Laut Cina Selatan. Dengan meningkatnya dukungan pertahanan—termasuk pengiriman kapal patroli dan pesawat latih—Vietnam berpotensi naik kelas menjadi “pilar pertahanan” baru di Asia Tenggara.
Langkah ini dapat memperkuat posisi Vietnam dalam menandingi klaim ekspansif Tiongkok di Laut Cina Selatan, wilayah yang juga berbatasan langsung dengan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia.
2. Indonesia di Persimpangan Diplomasi
Bagi Indonesia, kemitraan AS–Vietnam menuntut sikap diplomasi yang lebih cermat. Jakarta selama ini menempatkan diri sebagai non-aligned leader di ASEAN dan berusaha menjaga keseimbangan antara kekuatan besar, termasuk AS dan Tiongkok.
Pendalaman hubungan militer AS–Vietnam dapat mempercepat fragmentasi dalam ASEAN jika tidak diimbangi oleh kerja sama pertahanan regional yang inklusif. Indonesia perlu memastikan bahwa peningkatan militer Vietnam tidak menimbulkan perlombaan senjata atau ketegangan baru di kawasan.
3. Peluang Baru untuk ASEAN Defense Collaboration
Hubungan erat AS–Vietnam justru bisa menjadi peluang jika ASEAN mampu mengonsolidasikan pendekatan kolektif dalam isu keamanan maritim.
Indonesia, melalui ASEAN Defence Ministers’ Meeting (ADMM) dan ADMM Plus, dapat memainkan peran sentral dalam merancang protokol kerja sama keamanan laut yang melibatkan semua pihak, termasuk AS, Vietnam, dan Tiongkok.
4. Dampak terhadap Industri Pertahanan Indonesia
AS yang kini memperluas ekspor alutsista ke Vietnam membuka peluang kompetisi baru di pasar Asia Tenggara. Indonesia harus memperkuat industri pertahanan nasional—terutama dalam modernisasi TNI AL dan pengembangan kapal patroli buatan dalam negeri—agar tidak tertinggal dari Vietnam yang kini menerima dukungan logistik dan teknologi pertahanan dari Washington.
5. Keseimbangan Baru ASEAN di Laut Cina Selatan
Kerja sama AS–Vietnam ini juga menjadi sinyal kepada Tiongkok bahwa negara-negara ASEAN mulai mencari alternatif keamanan di luar orbit Beijing. Meski begitu, Indonesia diharapkan tetap menjadi honest broker—menjaga netralitas dan mendorong dialog damai agar ASEAN tidak terjebak dalam blok politik baru.
Pendalaman hubungan militer antara AS dan Vietnam berpotensi memperkuat keamanan maritim regional, namun juga dapat memicu ketegangan baru jika tidak diimbangi diplomasi yang matang. Bagi Indonesia, situasi ini adalah momentum untuk memperkuat posisi strategis sebagai penjaga keseimbangan kawasan dan penggerak utama solidaritas ASEAN di tengah dinamika geopolitik Indo-Pasifik.[]
















