Home / Ekonomi & Investasi / Ekonomi Aceh Tumbuh 4,46 Persen pada Triwulan III-2025

Ekonomi Aceh Tumbuh 4,46 Persen pada Triwulan III-2025

Kinerja Ekonomi Aceh pada triwulan III-2025 mencatat pertumbuhan sebesar 446 persen y on y melambat dari triwulan III tahun sebelumnya Foto Dok BPS Aceh
Kinerja Ekonomi Aceh pada triwulan III-2025 mencatat pertumbuhan sebesar 4,46 persen (y on y), melambat dari triwulan III tahun sebelumnya. (Foto: Dok. BPS Aceh).

Ekonomi Aceh tumbuh 4,46 persen di Triwulan III-2025 dengan sektor akomodasi dan makan minum sebagai pendorong utama. Pengangguran turun, IPM meningkat.

KoranAceh.id | Banda Aceh — Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh mencatat ekonomi Aceh pada Triwulan III-2025 tumbuh 4,46 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/y-on-y). Pertumbuhan ini didorong oleh lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum yang naik 7,78 persen. Dari sisi pengeluaran, komponen konsumsi rumah tangga mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 4,85 persen.

Dibandingkan triwulan sebelumnya (quarter to quarter/q-to-q), ekonomi Aceh tumbuh 1,71 persen. Sektor konstruksi mencatat kenaikan tertinggi sebesar 9,05 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, pembentukan modal tetap bruto tumbuh 4,56 persen.

Struktur PDRB Aceh berdasarkan harga berlaku belum menunjukkan perubahan besar. Pertanian, kehutanan, dan perikanan masih menjadi penyumbang utama dengan porsi 32,03 persen, diikuti perdagangan besar dan eceran sebesar 14,97 persen, administrasi pemerintahan 8,61 persen, konstruksi 8,51 persen, serta transportasi dan pergudangan 7,04 persen. Kelima sektor ini menyumbang 71,16 persen perekonomian Aceh.

Distribusi laju pertumbuhan dan sumber pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha Triwulan III-2025 y-on-y Foto Dok BPS Aceh

Dari sisi pengeluaran, struktur PDRB Aceh masih didominasi ekspor barang dan jasa sebesar 66,05 persen, konsumsi rumah tangga 54,15 persen, pembentukan modal tetap bruto 31,68 persen, dan konsumsi pemerintah 16,14 persen. Sementara impor barang dan jasa sebagai faktor pengurang tercatat sebesar 69,69 persen.

Secara regional, kontribusi Aceh terhadap PDRB Sumatera mencapai 4,90 persen. Posisi ini masih di bawah Sumatera Utara (23,58 persen) dan Riau (22,95 persen), namun di atas Bengkulu (2,07 persen).

Pengangguran Turun, Pekerja Informal Masih Dominan

BPS Aceh juga mencatat tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Agustus 2025 sebesar 5,64 persen. Artinya, dari 100 orang angkatan kerja, sekitar lima hingga enam orang belum memiliki pekerjaan. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) naik ke 65,32 persen dari 65,11 persen pada Agustus 2024.

Tren TPT dan Tren Pekerja FormalInformal Aceh Agustus 2025 Foto Dok BPS Aceh

Penduduk bekerja di sektor informal masih mendominasi dengan 63,91 persen, sedangkan pekerja formal mencapai 36,09 persen. Pekerja berstatus buruh atau karyawan mendominasi 31,64 persen dari total pekerja, sementara yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap hanya 4,45 persen.

Dari sisi lapangan usaha, sektor pertanian menyerap tenaga kerja terbanyak dengan 38,56 persen, diikuti perdagangan 14,30 persen dan pendidikan 7,45 persen. Sebagian besar pekerja bekerja penuh (minimal 35 jam per minggu) sebanyak 58,75 persen. Sisanya merupakan pekerja tidak penuh, terdiri dari setengah pengangguran 13,83 persen dan pekerja paruh waktu 27,42 persen.

IPM Aceh Naik ke 76,23, Semua Daerah Berstatus Tinggi

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Aceh pada 2025 mencapai 76,23, naik dari 73,29 pada 2020 dengan rata-rata pertumbuhan 0,79 persen per tahun. Kenaikan IPM ditopang oleh peningkatan seluruh dimensi pembangunan manusia: pengeluaran riil per kapita naik 3,51 persen, rata-rata lama sekolah 3,22 persen, harapan lama sekolah 0,07 persen, dan umur harapan hidup 0,38 persen.

Seluruh kabupaten/kota di Aceh kini berstatus pembangunan manusia tinggi. Sebanyak 19 daerah masuk kategori tinggi (70 ≤ IPM < 80), sementara empat kota—Banda Aceh, Lhokseumawe, Langsa, dan Sabang—berstatus sangat tinggi (IPM ≥ 80). Kota Banda Aceh mencatat IPM tertinggi sebesar 89,55, sedangkan Subulussalam terendah dengan 71,63.

Pertumbuhan ekonomi, penurunan pengangguran, dan peningkatan kualitas manusia menunjukkan perbaikan berkelanjutan di Aceh. Namun, pergeseran dominasi ke sektor nonpertanian dan penyerapan tenaga kerja formal masih menjadi tantangan pembangunan ke depan. []

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *