
Penulis:
Muhammad Rafiq Hady Zulham | Mahasiswa USK — Teknik Perminyakan
KOLOM | KoranAceh.id — Di tengah derasnya arus perkembangan teknologi dan perubahan global yang semakin cepat, kemampuan berpikir kritis dan adaptif menjadi kebutuhan mendasar bagi setiap individu. Dunia tidak lagi menilai kecerdasan hanya dari seberapa banyak seseorang menghafal informasi, melainkan dari bagaimana ia mampu memahami, menganalisis, dan menerapkan pengetahuan tersebut dalam situasi yang dinamis. Dalam konteks ini, kemajuan suatu bangsa tidak dapat bertumpu pada budaya hafalan semata, tetapi pada kemampuan warganya untuk berpikir secara kreatif, kolaboratif, dan solutif.
Berpikir kritis adalah kemampuan untuk menilai informasi secara objektif, membedakan fakta dan opini, serta mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan yang matang. Ini menjadi kunci dalam menghadapi banjir informasi—yang sebagian di antaranya tidak dapat dipastikan kebenarannya. Individu yang berpikir kritis terbiasa mengajukan pertanyaan mendasar: Mengapa hal ini terjadi? Apa penyebabnya? Apakah ada solusi alternatif? Dengan demikian, ia mampu melihat suatu permasalahan dari berbagai sudut pandang dan memilih langkah yang paling tepat.
Sementara itu, kemampuan adaptif menuntut kesiapan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang cepat dan tak terduga. Dalam dunia kerja, misalnya, teknologi dan sistem kerja terus berubah, menuntut pekerja untuk terus belajar dan memperbarui keterampilan mereka. Di sisi lain, kehidupan sehari-hari pun penuh dengan tantangan yang menuntut fleksibilitas berpikir. Individu yang adaptif tidak mudah menyerah saat menghadapi perubahan; sebaliknya, ia mampu menjadikan perubahan sebagai peluang untuk berkembang.
Dalam era yang penuh ketidakpastian, kemampuan berpikir kritis dan adaptif memupuk semangat kolaborasi. Dunia kerja semakin membutuhkan individu yang tidak hanya mampu bekerja sendiri, tetapi juga mampu bekerja dalam tim lintas disiplin. Kolaborasi ini melahirkan beragam sudut pandang dan ide, yang pada akhirnya melahirkan solusi lebih kreatif dan inovatif. Keterampilan ini relevan tidak hanya bagi para profesional, tetapi juga bagi masyarakat umum dalam menghadapi persoalan sosial, ekonomi, maupun lingkungan.
Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis dan adaptif harus ditanamkan sejak dini melalui pendidikan yang mendorong diskusi, eksplorasi, eksperimen, serta pemecahan masalah. Lingkungan belajar harus mengutamakan proses daripada sekadar hasil, sehingga peserta didik dapat mengembangkan rasa ingin tahu dan keberanian untuk mencoba. Ketika generasi muda memiliki bekal berpikir kritis dan adaptif, mereka akan tumbuh menjadi individu yang tangguh dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Pada akhirnya, kemajuan bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang mampu berpikir, berkolaborasi, dan menemukan solusi kreatif. Mereka bukan hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta dan pengembangnya. Dengan kemampuan berpikir kritis dan adaptif, masyarakat Indonesia dapat menjadi motor penggerak perubahan menuju masa depan yang lebih cerah dan berdaya saing tinggi di tingkat global. []

















