
Keadilan tidak akan hadir bila kebenaran dibiarkan dicuri oleh mereka yang berpendidikan tapi tak berperasaan.
TAJUK | KoranAceh.id — Kejahatan yang paling keji bukan hanya mencuri uang rakyat, tapi mencuri masa depan anak bangsa. Itulah yang kini diduga terjadi dalam pengelolaan dana beasiswa Pemerintah Aceh sebesar Rp420 miliar lebih oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Aceh — dana yang bersumber dari APBA dan Dana Otsus Aceh sejak 2021 hingga 2024.
Apa yang seharusnya menjadi jembatan emas bagi anak muda berprestasi untuk menempuh pendidikan tinggi, justru berubah menjadi ladang bancakan. Di balik tabel dan laporan pertanggungjawaban yang rapi, tersimpan permainan busuk yang sistematis dan berencana.
Bayangkan, Rp153 miliar pada 2021, Rp141 miliar pada 2022, Rp64 miliar pada 2023, dan Rp61 miliar pada 2024—semua angka itu seharusnya menghidupi cita-cita ribuan mahasiswa Aceh. Tapi kini, angka-angka itu justru menjadi jejak korupsi pendidikan, yang menampar logika dan nurani publik.
Kita tidak bisa menutup mata dari kemungkinan adanya pola rekrutmen pejabat yang sarat jual beli jabatan dan kolusi. Di banyak keude kupi, orang membicarakannya dengan nada getir: jabatan diperoleh bukan karena kapasitas, tapi karena “transaksi”. Jika benar demikian, maka wajar bila amanah publik berubah menjadi alat memperkaya diri dan kroni.
Korupsi di sektor pendidikan bukan hanya melanggar hukum, tapi juga menodai moralitas dan keadilan sosial. Ia membunuh harapan anak muda miskin yang ingin maju lewat jalur beasiswa. Ia menghancurkan kepercayaan publik pada negara, dan lebih jauh lagi, mengkhianati cita-cita Aceh yang bermartabat dan berpendidikan.
Kini bola panas ada di tangan Gubernur Aceh, Muzakir Manaf (Mualem). Publik menaruh harapan besar agar ini menjadi momentum “pembersihan total” birokrasi Aceh dari oknum yang menjadikan jabatan sebagai sumber rente.
Ayo, Pak Gubernur, sikat terus! Jangan beri ampun bagi mereka yang mengkhianati pendidikan rakyat.
Karena korupsi pendidikan bukan sekadar kejahatan keuangan — itu adalah dosa terhadap masa depan. []
















